Indonesia menjadi negara fatherless oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga). Seperti yang disampaikan Kepala BKKBN Wihaji pada (3/02/2025), terdapat 20,9% anak Indonesia yang kehilangan figur sosok Ayah. Menurutnya, tugas ayah dianggap hanya mencari nafkah saja.
Dilansir dari laman Antara, Wihaji menyebutkan concern-nya pada kesehatan mental anak. Menurutnya, masyarakat Indonesia kini menghadapi tantangan kurangnya figur ayah dalam pengasuhan anak. Ayah hanya fokus pada urusan ekonomi keluarga, namun lupa bahwa anak juga membutuhkan dukungan psikologis. Makanya itu, kalau terdapat kekerasan pada anak, orang tua tidak boleh menyalahkan anak.
Pertanyaannya, seberapa penting peran ayah untuk anak Indonesia? Berikut adalah pandangan Wihaji terkait anak Indonesia yang kehilangan sosok ayah. Simak baik-baik di artikel ini, yuk!
Penyebab dan Dampak Kehilangan Sosok Ayah
Seperti yang disampaikan Wihaji dalam sesi webinar nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dilaksanakan pada (1/02/2025) lalu. Wihaji menjelaskan pentingnya orang tua untuk intropeksi diri atas apa yang dilakukan kepada si kecil. Menurutnya, orang tua terutama ayah berperan penting untuk mencegah budaya kekerasan di ranah anak-anak.
Keadaan Fatherless di Indonesia atau anak kehilangan sosok ayah bukan karena fokus bekerja saja. Menurut Wihaji hal tersebut juga disebabkan oleh perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang cukup jauh dari keluarga. Tanpa disadari, hal tersebut dapat berdampak pada tumbuh kembang anak.
Menurut Wihaji, anak Indonesia yang kehilangan sosok ayah dapat menyebabkan hal negatif. Risiko tersebut adalah adalah gangguan emosi dan sosial, memperbesar risiko penyalahgunaan NAPZA, menurunkan performa akademik, meningkatkan risiko kenakalan remaja, hingga menghilangkan karakter kepemimpinan pada anak laki-laki.
Program BKKBN untuk Mengatasi Anak Indonesia Kehilangan Sosok Ayah
Untuk mengatasi masalah fatherless di Indonesia, BKKBN akan melakukan lima program hasil cepat atau yang dikenal dengan quick win. Program tersebut dibuat untuk menjalankan Atacita Presiden maupun Wakil Presiden.
Wihaji memperkenalkan Gerakan Ayah Teladan (GATE) sebagai salah satu dari lima program prioritas dalam pembentukan karakter anak. GATE bertujuan untuk membangun karakter orang tua, khususnya ayah, agar lebih terlibat dalam proses pengasuhan anak.
Program tersebut juga dilatarbelakangi oleh kebiasaan keluarga Indonesia yang tak bisa terlepas dengan media sosial. Selama berjam-jam, kita selalu berdiksusi dan ngobrol di media sosial sampai lupa dengan anak. Wihaji juga menambahkan hal berikut, “Bahkan, ada ayah dan anaknya ketemu bareng, tetapi sama-sama memegang ponsel, sama-sama asik dengan dunianya sendiri.”
Itulah informasi seputar 20,9% anak Indonesia yang kehilangan sosok ayah. Dari penjelasan BKKBN tersebut, semoga Sobat Rakki.id bukan salah satunya.
Jangan lupa, simak artikel lainnya di Rakki.id, yuk!