Film horor Siksa Kubur karya Joko Anwar mencapai pencapaian yang mengesankan dengan menarik lebih dari 3,4 juta penonton di bioskop. Kabar gembira ini disampaikan langsung oleh Joko Anwar melalui akun Instagramnya pada hari Senin.
Dalam unggahannya, Joko menyampaikan terima kasih kepada semua penonton yang telah memberikan dukungan, mencatatkan angka sebanyak 3,4 juta orang yang telah menyaksikan film tersebut hingga sore hari kelima belas sejak rilisnya.
Salah satu momen penting dalam film “Siksa Kubur” yang disebutkan oleh Joko Anwar adalah adegan yang melibatkan seekor ular. Ular tersebut menjadi simbol keberadaan yang tak terduga dalam kehidupan tokoh utama film, Sita.
Adegan ini muncul ketika Sita memulai perjalanan mengubur dirinya sendiri, sebuah tindakan yang diambilnya untuk membuktikan keberadaan akhirat dan kutukan abadi. Dengan atmosfer horor psikologis yang digarap dengan cermat, film ini berhasil memikat perhatian penonton sejak awal.
Siksa Kubur merupakan film horor kedua dari Joko Anwar setelah suksesnya film Pengabdi Setan pada tahun 2017, yang menjadi salah satu film box office terbesar pada tahun tersebut.
Kehadiran film Siksa Kubur menjadi sebuah pengembangan dari film pendek yang sebelumnya juga disutradarai oleh Joko Anwar pada tahun 2012.
Tak hanya film Siksa Kubur yang meraih kesuksesan pada musim liburan Idul Fitri, namun film horor pertama Indonesia dalam format IMAX yaitu Badarawuhi Di Desa Penari, juga mencatat prestasi dengan jumlah penonton mencapai 1,6 juta.
Film ini disutradarai oleh Kimo Stamboel, sutradara aksi yang telah dikenal dalam industri film Indonesia. Kedua film ini menunjukkan perkembangan industri film horor Indonesia yang semakin matang dan mampu menarik minat penonton secara luas, termasuk dari kalangan penikmat film aksi dengan format kualitas tinggi.
Keberhasilan ini juga menjadi bukti bahwa karya-karya lokal memiliki daya saing yang kuat di pasar film nasional.
Dukungan dan apresiasi yang diberikan oleh masyarakat terhadap film-film ini juga menjadi dorongan bagi sineas dan produser lokal untuk terus menghadirkan karya-karya berkualitas yang mampu bersaing dengan karya-karya internasional.
Hal ini membuka peluang yang luas bagi pengembangan industri film di Indonesia, serta memberikan ruang yang lebih besar bagi inovasi dan eksperimen dalam pembuatan film-film dengan berbagai genre dan format.
Kehadiran film-film seperti Siksa Kubur dan Badarawuhi Di Desa Penari juga menjadi bukti bahwa minat masyarakat terhadap genre horor dan aksi masih sangat tinggi.
Para sineas dan produser diharapkan dapat terus menghasilkan karya-karya yang inovatif dan berkualitas, sehingga dapat terus memperluas pangsa pasar dan memberikan pengalaman sinematik yang memuaskan bagi penonton.
Dengan kerja keras dan dedikasi yang terus-menerus, industri film Indonesia dapat terus berkembang dan menjadi salah satu yang diperhitungkan di tingkat internasional.