Friday, April 25, 2025
No menu items!
HomeLifestyleParentingApa itu Strawberry Parenting Style? Jangan Memanjakan Anak

Apa itu Strawberry Parenting Style? Jangan Memanjakan Anak

Berbicara soal parenting memang tak ada habisnya. Apalagi bagi orang tua baru generasi milenial dan Z. Kabarnya, kedua generasi ini lebih melek parenting dan banyak belajar dari pendahulunya. Masalahnya, kamu sudah tahu belum apa itu strawberry parenting style? 

Percaya atau tidak, strawberry parenting adalah pola asuh yang berpusat pada anak. Orang tua yang menerapkan strawberry parenting menciptakan lingkungan yang sangat nyaman dan terlindungi bagi anak. Hal demikian menjadi bumerang untuk anak sendiri karena , kurang siap menghadapi kerasnya dunia nyata. 

Untuk mendidik anak agar menjadi generasi yang hebat di masa mendatang, baiknya Mama dan Papa memberikan parenting yang tepat. Misalnya, dengan memberikan gentle parenting yang berpusat pada komunikasi kedua orang tua dengan anak. Nah, pada artikel ini, Rakki.id akan membahas pengertian serta kekurangan dari strawberry parenting. Simak informasi selengkapnya di artikel ini, ya!

Apa Itu Strawberry Parenting Style?

Gaya pengasuhan Strawberry Parenting Style merujuk pada pola asuh di mana orang tua cenderung memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan. Nama ini diambil dari karakteristik buah stroberi yang lembut dan mudah rusak, menggambarkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pendekatan ini cenderung rapuh dan mudah menyerah.

Istilah strawberry parenting diambil dari sifat buah stroberi yang lembut dan mudah rusak, seperti anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh terlalu memanjakan dan melindungi. Anak-anak ini cenderung sensitif, rapuh, dan kurang mampu menghadapi tantangan. Nama ini sering digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari pengasuhan yang berlebihan.

Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya menyebutkan bahwa orang tua dengan pola asuh strawberry parents cenderung membentuk generasi yang kreatif dan penuh ide, namun memiliki sifat mudah menyerah dan sensitif. Generasi ini cenderung bergantung pada orang lain serta lebih rentan terhadap tekanan dan stres.

Perlu kamu tahu, strawberry parenting sangat tidak dianjurkan sebagai pola parenting. Hal tersebut karena, orang tua dengan cenderung menghindarkan anak dari pengalaman yang menantang atau situasi sulit, dengan tujuan melindungi mereka dari rasa sakit atau kegagalan. Akibatnya, anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar menghadapi masalah secara mandiri, membangun ketangguhan, atau mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah. Sebagai Mama Papa pasti tidak mau kan? 

Baca Juga: Apa itu Gentle Parenting, Ortu Milenial dan Gen Z Wajib Tahu!

Karakteristik Orang Tua dengan Pola Asuh Strawberry

Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya kan? Termasuk dalam memberikan pola asuh yang terbaik untuk si kecil. Namun, keinginan untuk melindungi anak seringkali membuat beberapa orang tua menerapkan pola asuh yang terlalu memanjakan. Meskipun niatnya baik, pola asuh ini justru menghambat pertumbuhan kemandirian dan ketangguhan anak. Nah, berikut ini adalah karakteristik orang tua yang melakukan pola asuh stroberi. 

1. Overproteksi yang Berlebihan

Salah satu karakteristik orang tua dengan strawberry parenting style adalah overprotektif atau terlalu melindungi si kecil. Tipe orang tua ini sering mengkhawatirkan keselamatan anak, takut terluka, dan ingin melindungi kesejahteraan anak. Tidak hanya itu, Orang tua kerap mengambil alih tugas-tugas anak, seperti pekerjaan rumah atau proyek sekolah, dengan dalih ingin memberikan bantuan.

Mungkin terlihat melindungi si kecil, tapi overprotektif juga menyebabkan anak kesulitan membangun kepercayaan diri dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Selain itu, mereka cenderung tumbuh menjadi individu yang terlalu bergantung pada orang lain. Mama Papa pasti tidak mau hal ini terjadi kan? 

2. Fokus pada Kenyamanan Anak

Karakter orang tua dengan pola asuh strawberry berikutnya adalah terlalu fokus dengan kenyamanan si kecil. Menurut orang tua, kenyamanan anak menjadi prioritas utama dalam pengasuhan ini. Mereka cenderung menghindari konflik dengan berusaha menjauhkan anak dari situasi yang dapat membuatnya tidak nyaman atau sedih. 

Tidak hanya itu saja, mereka juga menyediakan segala yang diinginkan anak tanpa mengharuskannya berusaha atau bersabar. Akibatnya, anak akan kesulitan beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi kekecewaan. Selain itu, mereka berisiko tumbuh menjadi individu yang egois dan kurang peka terhadap perasaan orang lain.

3. Cenderung Memenuhi Semua Keinginan Anak

Orang tua dengan pola asuh strawberry parenting cenderung kesulitan mengatakan “tidak” kepada anak. Mereka kerap memenuhi semua keinginan anak, seperti membeli mainan, gadget, atau makanan favoritnya, dan membiarkan anak melakukan apa pun tanpa batasan yang jelas. Akibatnya, anak tumbuh menjadi individu yang kurang menghargai apa yang dimiliki, tidak memiliki rasa syukur, hingga bersikap konsumtif. 

4. Menghindari Konflik dengan Anak

Karakteristik parenting strawberry berikutnya adalah orang orang tua yang menghindari konflik dengan anak. Menurut mereka, konflik dianggap sesuatu yang harus dihindari, sehingga orang tua cenderung tidak memberikan disiplin dan jarang memberi konsekuensi atas kesalahan anak. 

Alasan lainnya, orang tua ingin menghindari perdebatan demi menjaga hubungan yang harmonis dengan anak. Akibatnya, anak tumbuh tanpa rasa tanggung jawab dan kurang memahami pentingnya aturan. Tak heran kalau si kecil kurang mampu menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.

5. Memberikan Kemudahan Berlebih

Orang tua dengan gaya pengasuhan strawberry parenting cenderung mempermudah segala urusan anak dengan mengambil alih tanggung jawabnya. Mereka sering membantu melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti membersihkan kamar atau mencuci piring. Akibatnya, anak berisiko tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri, malas, dan sulit beradaptasi di lingkungan. Bahaya kan? 

Dampak Buruk Strawberry Parenting Style Terhadap Perkembangan Anak

Setiap pola asuh orang tua, termasuk strawberry parenting style, memiliki dampak yang buruk untuk kehidupan anak di masa depan. Sekali pun orang tua ingin melindungi dan memberikan kenyamanan, pendekatan yang terlalu memanjakan justru dapat memberikan efek negatif pada pembentukan karakter dan kemandirian anak. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang mungkin timbul akibat penerapan gaya pengasuhan ini.

1. Kesulitan Menghadapi Stres

Anak yang dibesarkan dengan strawberry parenting style cenderung tidak siap menghadapi tekanan atau kegagalan karena orang tua terlalu melindungi mereka dari pengalaman yang sulit. Ketika dihadapkan dengan situasi stres atau tantangan, anak-anak ini sering kali merasa kewalahan. 

Percaya atau tidak, mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi dalam jangka panjang. Hal tersebut karena kurangnya keterampilan untuk mengelola emosi dan stres.

2. Kurangnya Kemandirian

Dampak parenting strawberry berikutnya adalah anak kurang mandiri. Akibat orang tua yang selalu mengambil alih tugas atau membuat keputusan untuk mereka, anak-anak ini kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri. Mereka terbiasa mengandalkan orang tua atau orang lain untuk menyelesaikan masalah atau menentukan arah hidup mereka. 

Tanpa orang tua sadari, kebiasaan membantu anak dapat menghambat perkembangan kemandiriannya. Bahkan, si kecil kurang percaya diri dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan atau tindakan pribadi.

3. Tidak Tahan atau Kebal Kritik

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh “manja” biasanya mudah tersinggung dan sulit menerima kritik yang membangun. Bagamana tidak? Orang tua sering menghindari konflik dan kritik, hal ini membuat si kecil tidak terbiasa dengan umpan balik negatif. Mereka menjadi kurang mampu menerima saran atau masukan yang berguna untuk perbaikan diri, yang dapat menghambat proses belajar dan perkembangan pribadi mereka.

4. Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah

Dampak pola asuh strawberry berikutnya adalah rendahnya kemampuan si kecil dalam menyelesaikan masalah. Saking seringnya orang tua membantu anak menyelesaikan masalah, mereka tidak mampu mengembangkan keterampilan untuk menghadapi masalah secara mandiri. 

Anak-anak dengan pola asuh strawberry kesulitan beradaptasi dengan situasi baru atau tantangan yang lebih kompleks, karena mereka tidak terbiasa mencari solusi sendiri. Akibatnya, mereka menjadi kurang terampil dalam menghadapi kesulitan hidup dan lebih bergantung pada bantuan orang lain.

5. Kurangnya Tanggung Jawab

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh strawberry parenting style biasanya tidak memahami pentingnya tanggung jawab terhadap tindakan mereka. Hal ini karena orang tua selalu menyelesaikan masalah atau melindungi mereka dari konsekuensi. Ketika anak selalu dimanjakan, mereka lebih mudah menyalahkan lingkungan atau orang lain ketika mengalami kegagalan. 

Tips Mendidik Anak agar Tak Menjadi Strawberry Generation

Untuk memastikan anak tidak tumbuh menjadi bagian dari strawberry generation, orang tua perlu menerapkan pola asuh yang seimbang dan mempersiapkan anak untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih tangguh. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mendidik anak agar dapat berkembang secara mandiri dan kuat dalam menghadapi kehidupan.

1. Ajarkan Anak Menghadapi Tantangan

Salah satu cara mendidik si kecil agar tidak menjadi strawberry generation adalah mengajarkan dia menghadapi tantangan. Baik Mama dan Papa bisa memberikan tantangan yang sesuai dengan tahap perkembangan si kecil. Misalnya, tugas yang sulit dari kemampuan mereka akan mendorong mereka untuk berpikir lebih keras dan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.

2. Bangun Kemandirian Sejak Dini

Cara mendidik anak tanpa menjadi generasi strawberry berikutnya adalah membangun kemandirian sejak dini. Pastikan Mama dan Papa melibatkan si kecil melakukan tugas sehari-hari. Misal, melakukan tugas sederhana seperti merapikan tempat tidur atau menyiapkan makanan ringan. Dengan memberi contoh yang baik, hal ini dapat membangun rasa tanggung jawab dan kemandirian mereka.

3. Beri Contoh Ketangguhan Emosional

Percaya tidak sih, anak-anak sering meniru cara orang tua mengelola emosi. Tunjukkan kepada mereka bagaimana tetap tenang dan fokus ketika menghadapi masalah, sehingga mereka dapat belajar mengendalikan emosi mereka sendiri. Tidak hanya itu, orang tua juga dapat mengajak si kecil untuk berdiskusi dan dan berbagi sudut pandang. Hal tersebut dapat melatih si kecil menanamkan empati untuk orang lain. 

4. Tetapkan Batasan yang Jelas

Masih ada lagi, untuk mendidik anak dari generasi strawberry, orang tua dapat memberikan batasan dan aturan yang jelas. Selain itu, orang tua dapat memberi pemahaman kepada anak mengenai konsekuensi dari pelanggaran aturan tersebut. Hal ini  mengajarkan anak untuk menghormati aturan dan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

5. Kenalkan dan Biarkan Anak Mengalami Kegagalan

Alih-alih langsung menyelesaikan masalah anak, berikan mereka kesempatan untuk belajar dari kegagalan. Jelaskan bahwa kegagalan adalah bagian normal dari hidup dan merupakan peluang untuk tumbuh. Dengan memberikan dukungan dan dorongan, kita dapat membantu anak mengembangkan sikap pantang menyerah dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan.

6. Berikan Pujian yang Berfokus pada Usaha

Orang tua mana sih yang tidak bangga melihat pencapaian si kecil? Sebenanrya sah-sah saja memuji si kecil atas usaha atau pencapaiannya, tapi jangan sampai berlebihan. Hal tersebut membuat si kecil haus akan validasi dan selalu mengharapkan pujian. Lebih baik, kita menjelaskan usaha apa yang patut diapresiasi. Berikan juga kritikan membangun agar si kecil lebih baik lagi. 

7. Ajak Anak Mengikuti Kegiatan Sosial

Kegiatan sosial seperti membantu orang tua atau berpartisipasi dalam amal adalah cara yang efektif untuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian pada anak. Dengan terlibat langsung dalam kegiatan ini, anak-anak akan belajar memahami berbagai sudut pandang kehidupan, meningkatkan rasa syukur, dan mengembangkan sikap peduli terhadap sesama.

8. Mengenalkan Manajemen Keuangan Sederhana

Cara mendidik anak agar terhindar dari generasi stroberi beritkunya adalah mengenalkan manajemen keuangan. Ajarkan dia menghargai uang sejak dini agar memiliki masa depan yang lebih baik. Mulai dari kebiasaan menabung hingga memilih barang dengan bijak, semua ini akan membentuk fondasi yang kuat dalam mengelola keuangan mereka.

9. Kenalkan dengan Mengambil Risiko Terukur

Tips mendidik anak agar terhindar dari generasi stroberi yang lain adalah mengenalkan konsep sebab-akibat. Mulai kenalkan konsep risiko pada anak melalui aktivitas sehari-hari yang sederhana. Ajak mereka untuk mencoba hal-baru atau mengambil tantangan kecil yang sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.Melalui pengalaman ini, anak akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, dan keterampilan mengambil keputusan yang bijaksana.

Pada intinya, strawberry parenting style adalah gaya pengasuhan yang terlalu memanjakan anak. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung melindungi anak dari segala kesulitan, memenuhi semua keinginan anak, dan menghindari konflik. Meskipun niatnya baik, pola asuh ini justru dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, seperti kurangnya kemandirian, kesulitan menghadapi kegagalan, dan rendahnya rasa tanggung jawab.

Semoga informasi tersebut dapat membantu Mama Papa yang sedang memikirkan pola asuh untuk si kecil di kemudian hari, ya! Jangan lupa untuk simak terus artikel parenting lainnya di Rakki.id. Ikuti juga sosial media Rakki.id untuk mendapatkan informasi terbaru setiap harinya, ya!

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments