Bullying atau perundungan akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat, di mana kasus ini dapat merugikan baik pelaku ataupun korbannya. Tidak mengenal kalangan, ternyata semakin tinggi kalangannya pelaku bullying atau perundungan ini semakin kejam dan memalukan.
Pada tahu dong, bagaimana kasus bullying di salah satu sekolah internasional di Jakarta? Beberapa anak artis, anak pejabat dan lainnya menjadi pelaku dan korban bullying. Kok bisa ya? Tentu bisa, tanpa disadari perilaku ini terjadi karena perilaku orangtua sehari-hari, loh. Nah, berikut beberapa faktor penyebab terjadinya kasus bullying atau perundungan, di antaranya:
Perhatian orangtua
Kurangnya perhatian dari orangtua menjadi faktor utama terjadinya kasus bullying atau perundungan pada anak-anak. Pola asuh ini tentu membuat anak tidak mendapatkan dukungan dan perhatian atas prestasi yang mereka miliki. Dengan begitu, anak akan mencari bentuk perhatian di tempat lain termasuk menjadi pelaku bullying.
Kurangnya mengenalkan pada anak mengenai interaksi positif dengan orang tua juga dapat mengakibatkan rendahnya empati dan pengertian terhadap perasaan orang lain, yang menjadi dasar dari perilaku bullying. Sikap seperti inilah yang seharusnya dihindari oleh orangtua. Bersikap acuh pada anak bisa membuat mereka menjadi pelaku maupun korban bullying.
Keluarga yang kasar dan tidak harmonis
Sering bertengkar dengan pasangan di depan anak berisiko membuat anak menjadi kasar kepada siapa saja termasuk temannya. Mengapa? Karena ia menganggap bahwa kekerasan merupakan hal yang biasa untuk dilakukan.
Perilaku ini memang sangat tidak terpuji, namun melihat hal ini tentu siapapun menjadi geram. Namun, untuk mengatasi kondisi ini orangtua harus tahu bagaimana cara bersikap di depan anak. Janganlah menjadi contoh buruk pada anak, jadilah orangtua yang lembut dan dapat dicontoh baik.
Anak-anak dari pengasuhan orangtua yang kasar ini mungkin memerlukan dukungan dan konseling tambahan, bukan hanya tindakan disipliner untuk mengatasi perilaku intimidasi yang mereka alami.
Bullying dari saudara
Kehidupan kakak beradik memang tidak selalu harmonis, namun terkadang ada saatnya mereka akur dan bahagia bersama. Namun, kekerasan yang diarahkan kepada saudara walau hanya dikatakan bercanda bisa membuat mereka merasa menjadi korban ataupun belajar menjadi pelaku bullying.
Orang tua tentunya harus waspada akan hal ini, mendidik anak-anak menjadi anak yang baik bisa dimulai dari perilaku sehari-hari. Di mana orangtua menjadi contoh yang baik di rumah, jika ada kesalahan antara anak maka jangan biarkan atau membenarkan padahal yang dilakukan salah. Nah, ada baiknya untuk segera diselesaikan.
Perasaan rendah diri
Perlu diketahui bahwa anak yang memiliki perasaan rendah diri lebih rentan mengalami bullying. Mengapa? Karena perilaku itu memberikan mereka perasaan kuasa dan kontrol, hal-hal yang dirasakan mereka kurang dalam kehidupan sehari-hari.
Anak yang memiliki sifat seperti ini terkadang menyembunyikan perasaan tersebut, terlihat lebih diam dan tidak berdaya. Tentu sikap seperti ini harus diwaspadai, terutama bagi orangtua sebaiknya selalu mengajak anak berinteraksi dengan baik. Menanyakan hari-hari mereka dan selalu mendukung mereka dengan baik.
Menjadi korban bullying
Tanpa disadari, pelaku bullying merupakan korban bullying atau perundungan itu sendiri. Mereka merasa tertekan, dan tekanan inilah yang ia lakukan kepada orang lain. Untuk itu perlu diselidiki mengapa si pelaku melakukan perundungan terhadap temannya.
Dari sinilah sangat penting peranan penting orangtua untuk mencegah pelaku dan korban bully dari rumah, dengan cara memberikan dukungan dan bimbingan untuk mengatasi perilaku mereka.
Itu tadi faktor penyebab mengapa seorang anak bisa menjadi pelaku dan korban bullying. Orangtua dan lingkungan menjadi faktor penting terjadinya bullying terhadap anak. Namun, perlu diingat bahwa kasus perundungan ini tentu berbeda-beda di setiap anak. Penting bagi kita sebagai orangtua untuk memperhatikan anak kita.